Awal Pekan IHSG Loyo, 8 Saham Big Cap Ini Biang Keroknya

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (18/12/2023), setelah sepanjang pekan lalu IHSG cenderung bergairah.

Per pukul 10:31 WIB, IHSG turun tipis 0,09% ke posisi 7.184,376. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.100.

Nilai transaksi IHSG sudah mencapai sekitar Rp 3,9 triliun dengan melibatkan 8 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 485.109 kali. Sebanyak 220 saham terapresiasi, 260 saham terdepresiasi dan 217 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,32%. Selain itu, sektor bahan baku juga menjadi laggard IHSG yakni sebesar 1,02%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat (laggard) IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-7,002.660-5,00%
Bayan ResourcesBYAN-6,4219.075-2,18%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-5,873.930-1,26%
GoTo Gojek TokopediaGOTO-4,1591-2,15%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-2,915.525-0,45%
Astra InternationalASII-2,245.600-0,88%
Bank Central AsiaBBCA-1,709.200-0,27%
Unilever IndonesiaUNVR-1,093.430-2,00%

Sumber: Refinitiv & RTI

Emiten peritel pemilik waralaba minimarket Alfamart yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) menjadi pemberat terbesar IHSG di sesi I hari ini, yakni mencapai 7 indeks poin.

IHSG berbalik arah ke zona merah, mengekor bursa saham Asia-Pasifik yang secara mayoritas juga terkoreksi pada pagi hari ini.

Per pukul 10:21 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,06%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,78%, Shanghai Composite China turun tipis 0,01%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,53%, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,35%.

Koreksi IHSG sepertinya diakibatkan oleh aksi profit taking investor, mengingat pada pekan lalu IHSG berhasil menguat 0,44%. Meski terkoreksi, tetapi IHSG masih berada di level psikologis 7.100.

Di lain sisi, investor asing juga tercatat masih memburu saham-saham di RI.

Bank Indonesia pekan lalu merilis data transaksi 11 – 14 Desember 2023 yang menunjukkan bahwa investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp 6,82 triliun terdiri dari beli neto Rp 3,98 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp 0,34 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 2,50 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Lebih lanjut, pernyataan Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell yang mengatakan jika ekonomi sudah berjalan normal dan The Fed tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan suku bunga sejatinya masih menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan RI.

Apalagi terdapat 17 anggota memperkirakan pemangkasan suku bunga tahun depan sementara hanya dua yang memperkirakan tidak ada penurunan suku bunga. Tidak ada anggota FOMC yang memperkirakan suku bunga akan naik tahun depan.

Kendati demikian, sikap waspada tetap perlu dijaga mengingat Presiden Federal Reserve New York John Williams mengatakan penurunan suku bunga bukanlah menjadi topik utama bank sentral saat ini.

Dilansir dari CNBC International, Williams mengatakan masih terlalu dini untuk memikirkan pemangkasan suku bunga. Ia pun menegaskan bahwa The Fed akan tetap bergantung pada data dan jika tren penurunan inflasi berbalik, pihaknya siap untuk memperketat kebijakan lagi.

“Sepertinya kita sudah mendekati atau mendekati batasan tersebut dalam hal pembatasan yang cukup, namun keadaan bisa berubah,” kata Williams. https://cerahkanla.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*