Menelusuri Sudut Kampung Kauman di Jogja, Mula Muhammadiyah

Yogyakarta – Menjelajahi Yogyakarta rasanya tidak cukup hanya satu hari, banyak destinasi menarik yang tidak terlalu sering dijangkau wisatawan. Salah satunya Kampung Kauman.
Kampung Kauman merupakan kampung wisata yang memiliki keterkaitan erat dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah. Pendirinya, K.H. Ahmad Dahlan, merupakan seorang ulama besar dan pahlawan nasional Indonesia, lahir di sini.

Traveler bisa menyusuri gang-gang kampung Kauman dengan berjalan kaki. Harus malah.

Selain ada tanda dilarang memakai kendaraan yang dipasang di dekat gapura, jalanan di Kauman memang dirancang untuk menyulitkan kendaraan masuk. Itu agar kebisingan tidak mengganggu kesibukan para santri belajar dan sebagai wujud filsafat kesetaraan di Kauman dan setiap orang yang masuk diwajibkan menanggalkan status sosialnya, salah satu caranya dengan berjalan kaki.

Tepat di mulut gang, terdapat gapura yang bagian atasnya berbentuk lengkung. Bentuk lengkung itu merupakan salah satu ciri bangunan Islam yang mendapatkan pengaruh dari Timur Tengah.

Di bagian atas gapura terdapat gambaran berbentuk lingkaran berwarna hijau dengan matahari bersinar 12 yang berwarna kuning di dalamnya. Gambaran tersebut sampai saat ini masih dipakai Muhammadyah sebagai lambang organisasi sekaligus institusi lain yang bernaung di dalamnya.

Selanjutnya, terlihat rumah-rumah khas Jawa zaman dahulu, yang merupakan bekas tempat tinggal para abdi dalem. Dulu di masa kerajaan, abdi dalem di sini adalah ketib atau penghulu yang ditugaskan keraton untuk membawahi urusan agama. Ada sembilan ketip di sana.

Di salah satu sudut pemukiman itu ada Langgar Ar Rosyad, masjid kecil khusus perempuan pertama di Jawa.

Selain itu, traveler bisa juga melihat bangunan-bangunan rumah yang dulu dipakai sebagai tempat produksi batik di Kauman. Rumah-rumah pengusaha batik ini dibedakan dengan adanya tanda di depan rumah yang bertuliskan nama pemilik dan ‘Batik Handel’.

Traveler juga akan diajak untuk melihat monumen Syuhadaa Fii Sabilillaah, monumen ini dibangun untuk mengenang pejuang-pejuang dari Kauman yang ikut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949. Monumen itu berupa monumen memanjang berwarna hitam yang diapit dua tembok melengkung di setiap sisinya, di belakang monumen ini terdapat makam pahlawan.

Berjalan sedikit dari monumen Syuhadaa Fii Sabilillaah, traveler akan sampai di depan TK Aisyiyah Bustanul Athfal atau TK ABA, TK paling tua di Indonesia yang telah ada sejak tahun 1919.

“TK ini sebenarnya dulu bagian dari Aisyiyah, dirintis sama Ibu Siti Walidah, istrinya Ahmad Dahlan. Beliau mendirikan Aisyiyah 1917 tujuannya supaya wanita dan pria itu satu derajat dalam pendidikan. Dulu nama sekolahnya itu Sopo Tresno, di sini kan isinya buruh-buruh batik, banyak anak-anaknya itu terbengkalai. Sama Siti Walidah dikumpulin buat dimasukkan ke sekolah ini, bukan cuma laki-laki tapi perempuan juga,” kata Age, pemandu tur dari Jogja Good Guide.

Age kembali membawa para pengunjung menelusuri jalanan Kampung Kauman, merasakan suasana sore hari, bertegur sapa dengan warga lokal, dan mencicipi jajanan yang dijual di pinggir jalan.

Traveler akan dibawa melewati makam Siti Walidah atau Nyai Ahmad Dahlan, dan kemudian sampai pada bangunan sederhana yang menjadi saksi berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912. Bangunan dua lantai ini berdiri di tengah permukiman dengan pintu abu-abu dan papan tanda yang bertuliskan ‘Langgar Kidoel Hadji Ahmad Dahlan’. Bangunan ini kini telah dijadikan sebagai museum.

Perhentian terakhir di Kampung Kauman adalah Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini memiliki halaman yang luas dengan arsitektur yang unik. Tidak seperti masjid pada umumnya yang memiliki kubah, masjid ini justru tampak istimewa https://sayurkana.com dengan atapnya yang bertingkat-tingkat.

“Sama seperti Candi Borobudur yang ada level, Hindu Buddha kan ada konsep semakin tinggi semakin dekat dengan nirwana. Ini juga ada atapnya itu tingkatan seseorang ketika belajar ilmu Tasawuf, namanya Syariat, Hakikat, Makrifat,” kata Age.

Di komplek masjid ini terdapat pula Pagongan yang berfungsi untuk menyimpan gamelan, pajagan atau tempat berjaga prajurit keraton, KUA, dan Kantor Takmir.

Bagi traveler yang juga ingin menelusuri Kampung Kauman ini, bisa langsung datang ke lokasinya yang ada di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Lokasi ini mudah diakses karena berada di tengah kota, namun saat masuk ke dalam kampung tidak bisa membawa kendaraan karena semua mesin kendaraan harus dimatikan untuk menjaga ketenangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*