Kisah 2 Mahasiswa UGM Asal Papua: Punya Impian Mulia Membangun Tanah Kelahiran

Jakarta – Ketidakmerataan pendidikan di Papua dan daerah lainnya masih terlihat. Hal tersebut dirasakan langsung oleh dua mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Anugrah Amin Ignatius dan Juan Anugrah Resmol yang berasal daerah tersebut.
Anugrah Amin Ignatius tau akrab dipanggil Anu menuturkan jika ketimpangan pendidikan ini dapat dilihat dari segi nilai. Menurutnya, nilai yang ia dapatkan jauh tertinggal daripada pelajar yang menempuh sekolah di pulau Jawa.

“Sebagus-bagusnya nilai kami di Papua, itu tetap rendah jika dibandingkan di sini,” ucap Anu, dilansir dari laman Kemdikbud, Selasa (21/11/2023).

Walaupun keterbatasan harus dirasakan oleh Anu dan Juan, namun mereka beruntung karena berhasil memperoleh beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari pemerintah. Beasiswa ini menyasar calon mahasiswa asal Papua.


Lulusan Pertama yang Masuk UGM
Anu mengaku dirinya merupakan siswa pertama yang bisa masuk UGM di SMA-nya. Saat ini, pria asal Kabupaten Biak Numfor tersebut mengambil jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

“Saya bangga karena berhasil dan menjadi yang pertama masuk UGM dari SMA-nya, bahkan satu-satunya dari Kabupaten Biak Numfor pada tahun 2020,” ujar Anu.

Selama menempuh pendidikan di jurusan tersebut, Anu menemui beberapa kendala dalam bahasa. Menurutnya, ia harus belajar empat kali lipat dari mahasiswa lain dikarenakan kemampuan bahasa Inggris-nya tertinggal karena di SMA-nya, bahasa Inggris masih di tahap pengayaan kosa kata.

“Jika mahasiswa lain belajar dua kali, saya harus belajar empat kali,” ujarnya.

Alasan Anu mengambil jurusan tersebut adalah ingin mengambil aksi lokal lewat pemikiran global. Ia ingin membangun tanah kelahirannya baik dalam hal sumber daya manusia maupun pendidikan agar bisa merata dan berkualitas.

Sempat Diterima UI dan Mengundurkan Diri
Berbeda dengan Anu, kendala yang sempat Juan rasakan adalah saat belum masuk UGM. Juan sempat diterima di Universitas Indonesia (UI), namun harus undur diri karena tidak sanggup membayar uang kuliah tunggal (UKT) di sana.

Juan pun harus gap year lalu mencoba kembali seleksi masuk PTN, hingga akhirnya diterima di UGM. Ia bersyukur karena berkat beasiswa ADik, dirinya bisa meringankan beban keluarga di tengah ekonominya yang terbatas.

“Awalnya saya tidak yakin akan berhasil masuk UGM, namun saya pikirkan matang-matang dan berusaha untuk terus mencobanya,” ujarnya.

Sama seperti Anu, Juan juga mempunyai keinginan untuk membangun fasilitas dan teknologi di Papua secara lebih baik lagi. Oleh karena itu, Juan memilih Pembangunan UGM sebagai jurusan yang akan ia pelajari ke depannya. https://elementlagu.com/wp/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*